Selasa, September 09, 2014

Dua Rasa dalam Satu Hati Untukmu

Aku duduk termenung memandangi fotonya di layar ponselku yang ku jadikan sebagai background pesan. Tak terasa mataku menjadi panas lagi. Sudah tak terhitung berapa banyak air mata yang ku keluarkan untuknya seminggu ini pasca kejadian itu. Ah... tiap kali memikirkan kejadian itu dada ini terasa sesak. Terlebih ketika mengingat janji-janjinya itu sungguh terkadang membuatku hilang kendali.

Pikiranku melayang pada hari dimana aku berkenalan dengannya (di dunia maya). Yah, sebuah perkenalan singkat yang dimulai dari ketika aku iseng memberi komen pada postingannya pada sebuah grup. Yang kemudian dia merambah menambahkan aku sebagai teman lalu dilanjut dengan dia menyapaku lewat PM. Awalnya aku tak ada perasaan apapun padanya. Karena pada saat itu aku sedang mengalami masa transisi pasca disakiti oleh seorang pria bernama Cipta. Namun, seiring berjalannya waktu semua berubah. Ketika dia mulai sering menyapaku lewat PM. Rasa itu mulai tumbuh, ya rasa yang banyak orang menyebutnya rasa suka, cinta, dan sayang. Tapi....

Entah dia yang terlalu pintar atau akunya yang amat teramat bodoh sampai jatuh ke dalam muslihatnya. Padahal nyata-nyata masih terekam jelas dalam memoriku, bahwa dia pernah mengatakan jika dia memiliki dua orang gadis sebagai tempat pelariannya akibat "gadis" yang ia cintai sudah dimiliki seseorang. Dan aku pun malah menjadi gadis ketiga sebagai tempat pelariannya tanpa aku sadari. Betapa bodohnya aku bukan sampai tak menyadarinya???!!

Dia bilang dia mencintaku, dia tidak akan meninggalkanku dan kata-kata manis lainnya. Tapi, pada kenyataannya dia jalan denganku tapi hatinya masih untuk "gadis" itu! Sungguh itu hal yang benar-benar menusukku melebihi Cipta yang menggoreskan luka terlebih dahulu.
Aku kira dia bakal menyembuhkan lukaku dari Cipta, tapi malah ia menambah rasa sakit itu hingga bertubi-tubi. Hingga aku yang dikenal kuat oleh teman-teman, terlihat sangat-sangat tragis-menyedihkan-dls ketika dia melakukan semua itu padaku.

Seminggu ini pun terkadang diriku sendiri dikuasai oleh dua diriku yang lain. Yang memiliki dua sifat yang berlawanan. Yang satu selalu meminta diriku untuk menyiksa diriku dengan berbagai benda tajam. Sedangkan yang lain selalu menolak dan berusaha untuk membuatku tetap bangkit dari segala keterpurukan ini. Karena, pikiran yang selalu kalut dalam kesedihan aku lebih sering memilih diriku yang suka menyiska diri sendiri. Untung saja setiap kali hal itu akan terjadi teman-teman selalu datang dengan tepat waktu untuk mencegahnya. Jika tidak mungkin aku sudah hilang dari dunia ini...

Rasa sayangku ini tidak akan pernah pudar untukmu. Namun, rasa pedih yang ku terima ini pun juga tak akan ku lupakan begitu saja.
Aku akan tetap dan akan selalu menantimu, hingga kau benar-benar menyadari keberadaanku.