Sachi
memandang langit sore yang berwarna jingga dibawah naungan pohon bunga sakura
yang tertutup salju putih. Ia meremas keychain
yang menghiasi ponsel biru laut sambil sesekali mengusap air mata yang jatuh
membasahi pipi merahnya akibat hawa dingin. Pikirannya melayang pada beberapa
bulan yang lalu, ketika Keita mengirimkan sebuah e-mail yang benar-benar membuat
hatinya hancur seketika itu juga. Terlihat tidak ada rasa penyesalan sedikit
pun dari kata-kata Keita pada e-mail tersebut.
From :
Keita
Sacchan
maafkan aku… aku harus melakukan ini padamu. Tapi aku benar-benar tidak punya
pilihan lain. Kita harus mengakhiri hubungan ini. Aku benar-benar belum bisa
melupakan Akari.
“Kenapa aku harus seperti ini?!” ia kesal pada dirinya
sendiri. “Andai saja waktu itu aku benar-benar bisa menahannya dan teguh pada
pendirianku…. Dan juga menuruti apa kata Rena… mungkin semua ini tidak akan
terjadi..” ia memainkan ujung jaket yang membalut tubuhnya.
***
Sachi
menyesali dengan semua pilihannya yang salah itu. Pendiriannya goyah seketika
sejak ia mengenal Keita, laki-laki yang masih duduk di tingkat pertama SMA
Ekoda. Sachi bertemu Keita pada perayan Tanabata beberapa waktu lalu. Saat itu
Keita bercerita bahwa ia tengah patah hati sebab perempuan yang disukainya
telah memiliki seorang kekasih. Mereka pun akhirnya menjadi teman yang saling
berbagi cerita. Namun, lambat laun Keita menyatakan perasaan pada Sachi yang
notabenenya lebih tua dari Keita 3 tahun. Awalnya Sachi tidak ingin
menjalaninya karena, ia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan menjalani
sebuah hubungan lagi dengan seorang laki-laki manapun pasca kejadian satu tahun
lalu dimana ia dikhianati oleh teman dekatnya sendiri yang menjalin kasih
dengan laki-laki yang disukainya. Tapi, pada akhirnya Sachi pun menerimanya
lantaran Keita memaksa dan memohon padanya. Sayangnya hubungan mereka tak
berlangsung lama, sebab Keita ternyata masih belum bisa melupakan gadis yang ia
cintai dulu.
***
“Sacchan…
ternyata kau disini? Kami mencarimu kemana-kemana….” Ujar Rena menghampiri
Sachi disusul dengan Miyuki dan Tomoe. Terdengar dari suara Rena bahwa ia
nampak mencemaskan Sachi. Begitu juga raut muka yang dipancarkan Miyuki dan
Tomoe.
“Sacchan
kau terlihat pucat dan lihat tanganmu.. dingin sekali..” kata Miyuki mengenggam
kedua tangan Sachi. “Kenapa kau tak memakai sarung tanganmu?”.
“Aku lupa
membawanya tadi pagi. Aku pikir salju tidak akan turun hari ini.” jawab Sachi.
“Kau ini
memang anak yang pelupa, seharusnya kau tetap membawanya. Karena bisa saja
nanti ada badai salju tanpa kau duga.” Miyuki mencubit kedua pipi Sachi yang
sudah tampak memerah karena hawa dingin yang menusuk. “Dan lihatlah pipi putihmu
itu sudah berubah menjadi warna merah…” tambahnya.
Sachi hanya
tersenyum kecut mendengar ucapan Miyuki.
“Cih, kau
menangis lagi?!” Tomoe yang sedari tadi hanya diam pun membuka suara. “Sudah
berapa kali ku bilang tak ada gunanya kau menangisi laki-laki seperti Keita.
Kau juga sudah ku peringatkan bukan, saat pertama kali mengenalnya untuk
berhati-hati agar tak jatuh pada anak SMA seperti dia. Dewasalah Sacchan, kau
ini sudah hampir berkepala 2!” Tomoe menjadi sedikit kesal dengan sifat Sachi
yang sedikit keras kepala itu. “Dan lagi aku tak mau melihatmu melakukan
tindakan bodoh seperti setahun lalu ketika kau kehilangan Siegrain dan
dikhianati Ikoma.” Wajah Tomoe tetap terlihat tenang walaupun ia tengah marah.
Tomoe yang sebenarnya juga mengalami hal yang sama dengan Sachi berusaha
menyembunyikan semua perasaanya itu karena ia tak mau teman-temannya tahu bahwa
ia lemah.
“Ma..ma..maafkan
aku.. aku memang belum bisa melupakan Keita. Dan aku berjanji tidak akan
melakukan tindakan bodoh itu lagi Tomoe-chan.” Sachi menundukkan kepala.
Rena
mengambil tempat di sebalah Sachi dan merangkul bahu gadis itu. “Kalau kau
tidak bisa melupakan Keita maka kenanglah dia. Kenanglah dia bahwa dia pernah
menjadi bagian dari hidupmu, bahwa dia pernah menjadi milikmu.” Ujar gadis yang
paling tua diantara mereka berempat.
“Kau pasti
bisa Sacchan. Kau pasti bisa melupakan Keita. Kau masih punya kami, kami akan
selalu ada untukmu.” Sambung Miyuki. “Jika Keita cukup bodoh untuk melepaskanmu
demi wanita yang bernama Akari, maka Sacchan pun harus cukup pintar untuk
melupakan Keita si laki-laki bodoh.” Miyuki gadis yang selalu punya kata-kata
yang bisa membuat hati Sachi tenang.
***
Tiga hari
kemudian …
“Yosh! Aku
harus bisa melupakan Keita. Aku harus membuka lembaran baru lagi. Aku akan
membuat hari-hari lebih bersemangat lagi!!” Sachi mengepalkan tangan kanannya
ke atas. Ia memandang langit biru pagi itu dari bangku di taman kampusnya
tempat dimana ia bertemu Keita. “Benar kata Miyuki, Tomoe, dan Rena aku harus
bisa melupakan Keita…” ketika tengah bersandar menikmati angin musim dingin
tiba-tiba ada anak kecil yang menghampiri Sachi dan memberikan sebuah manga dari favoritnya di dalam manga itu ada secarik kertas biru laut
warna kesukaan Sachi. Belum sempat Sachi bertanya pada anak itu, dia sudah
berlari menjauh. Sachi pun membuka kertas itu dan membacanya :
“Ohayou,
Sacchan ^_^
Lihatlah
langit cerah pagi ini. Tersenyumlah, karena banyak orang di luar sana yang
ingin melihat senyuman indahmu yang terukir diwajahmu. Buatlah salju bahagia
dengan menjadikan penyejuk hatimu, bukan pendingin hatimu. Hari ini adalah hari
baru, jangan buat mereka sedih karena hatimu tertekan. Lepaskan hatimu,
bebaskan hatimu, agar setiap langkahmu di hari ini menjadi bermakna. Jangan
lagi terpuruk dalam kesedihan. J”
Sachi
tersenyum membacanya. Walaupun ia tak tahu siapa yang memberinya pesan itu,
tapi itu cukup membuatnya semakin bersemangat melupakan masa lalunya. Ia tak
ingin lagi membuat orang-orang disekelilingnya sedih karenanya.
Salju mulai
turun membuat jalanan yang tadinya sudah bersih oleh petugas kebersihan kembali
tertutupi kepingan warna putih itu. Sachi bergegas memakai sarung tangannya dan
berlari ke arah gazebo yang tak jauh dari bangku taman tempat ia duduk.
***
“It is always sad to part with those whom you love but your
companions will help you bear that sadness.” –Erza Scarlet, Fairy Tail-
nb :
- GanbaSacchan diambil dari kata "ganbatte" yang artinya "semangat" dan "Sacchan" merupakan kependekan dari "Sachi Chan".
*Ano Koro no Kankei = Hubungan Waktu Itu