3
November 2003 – Winda adalah mahasiswa Sastra Inggris yang duduk ditingkat
awal Universitas terkenal di Semarang. Sifat ramah dan baiknya yang membuat ia
disukai banyak orang.
3
November 2003 – Winda adalah mahasiswa Sastra Inggris yang duduk ditingkat
awal Universitas terkenal di Semarang. Sifat ramah dan baiknya yang membuat ia
disukai banyak orang.
Malam
itu setelah Shalat Tarawih di masjid, Winda mampir ke rumah temannya dan ketika
pulang ditengah jalan ia bertemu dengan orang yang ia suka. Ia pun berhenti
sejenak untuk ngobrol dengan laki-laki itu. Lalu ia segera pulang karena hari
sudah mulai larut.
Baru
kali ini mereka dapat bertatap muka karena lelaki itu sibuk menempuh pendidikan
militernya di Surabaya, sedangkan ia di Semarang. Laki-laki itu bernama Yanda,
dengan penampilan yang gagah dan tegap siapapun yang melihatnya pasti akan
langsung jatuh hati tak terkecuali Winda sendiri. Ramadhan kali ini bagi Winda
adalah Ramadhan paling indah dari tahun-tahun yang sebelumnya.
23 November 2003 – Dua hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, Yanda
bermain ke rumah Winda. Winda tampak senang sekali. Mereka berbincang-bincang
hingga lupa waktu. Karena malam sudah menunjukkan pukul 9:00 malam, Yanda pun
disuruh pulang oleh Ayah Winda. Sesaat sebelum Yanda beranjak pergi dari rumah
Winda, ia mengatakan sesuatu pada Winda.
“Wind,
besok setelah Hari Lebaran pertama ikut anak-anak pergi jalan-jalan yuk! Nanti
kamu berangkatnya bareng aku..” ucap Yanda.
“Iya,
Mas…” jawab Winda.
Yanda
pun segera pulang. Senyum mengembang terlihat dari wajah Winda karena tiga hari
lagi ia akan pergi bersama pujaan hatinya.
26 November 2003 – Semua anak-anak kompleks Palem Botol sudah berkumpul
di depan rumah Yanda, setelah semua orang yang ikut lengkap mereka pun segera
menuju Gedong Songo – salah satu obyek wisata di Ungaran. Mereka sampai
ditujuan, setelah itu mereka semua menikmati indahnya panorama alam yang ada
disana, begitu juga dengan Winda dan Yanda yang sedang duduk disalah satu
bangku yang disediakan taman wisata itu.
“Dik?”
Yanda membuka pembicaraan.
“Ya, Mas?” jawab Winda dengan hati deg-degan.
“Besok aku sudah balik lagi ke Surabaya… Sebenarnya aku gak mau pisah dari
kamu, tapi mau bagaimana lagi..” Yanda mengambil nafas panjang.
“Iya, Mas..Aku ngerti kok..” Winda tersenyum manis.
Yanda
mengecup kening Winda. “Kamu mau kan menunggu mas sampai mas balik lagi ke
Semarang?”
Winda
mengangguk dan tersenyum. “Iya,”
Setelah dirasa puas mereka semua kembali pulang karena hari sudah mulai sore.
Yanda mengantar Winda sampai ke rumahnya.
“Mas pulang dulu, ya..” ucap Yanda sebelum pergi.
“Iya, hati-hati dijalan, yaa..”
Winda melambaikan tangannya. Tanpa Winda sadari dari sinilah semua rasa sakit
yang amat sangat akan ia alami bermula.
3 tahun kemudian . . .
2 April 2006 – Winda sudah bersiap dengan segala keperluannya yang akan
ia bawa ke Kudus, tempat dimana ia akan menjalani masa KKN-nya. Rencananya ia
dan rombongannya akan berangkat besok pagi dari kampusnya bersama-sama. Disana
ia akan tinggal di rumah Kepala Desa disalah satu Desa disana. Ia sudah tidak
sabar ingin memulai pengalaman barunya disana.
3 April 2006 – Semua mahasiswa sudah berkumpul di depan gedung Fakultas
Sastra Inggris. Para pemandu sedang mengabsen para mahasiswanya. Setelah
selesai mengabsen dan semua yang hadir sudah komplit, mereka segera memulai
perjalanan menuju kota Kudus yang kurang lebih memakan waktu 2-3 jam.
Masing-masing rombel yang sudah dibagi segera bergabung dan menuju
masing-masing wilayah mereka. Winda segera mencari teman-teman satu rombelnya
dan langsung melesat menuju desa yang akan mereka singgahi dua bulan ini.
Sudah tiga tahun terakhir ini Winda masih setia menunggu Yanda yang ada di
Surabaya sana dan selama itu pula ia menjalin silahturahmi dengan Yanda, selain
itu ia juga menjalain silahturahminya dengan Alfian dan Deni – teman Yanda –
yang dikenalkan sendiri oleh Yanda.
Hampir
dua bulan sudah Winda menjalani KKN-nya. Tinggal seminggu lagi ia akan segera
kembali ke Semarang, bertemu dengan keluarga yang amat dirindukannya selama di
Kudus. Hari ini tanggal 21 Mei 2006. Ia dan teman-teman satu angkatannya
yang KKN di Kudus merencanakan untuk berjalan-jalan di Minggu terakhir mereka
di kota ini. Mereka mendatangi setiap sudut kota Kudus dan menikmati keindahan
alam Indonesia.
26 Mei 2006 – Hari menjelang malam. Winda mempersiapkan semua barang
yang akan ia bawa pulang ke Semarang. Tiba-tiba saja handphone-nya
berbunyi. Ada panggilan dari nomor asing. Awalnya ia hanya mendiamkannya saja.
Namun nomor asing tetap menghubunginya berulang-ulang karena merasa terganggu
ia pun menerima panggilan itu.
“Hallo! Assalamu’alaikum…” sapa Winda pada si penelpon.
“Wa’alaikumsalam..” terdengar suara
perempuan dari seberang. “Apakah ini benar dengan Winda Kusuma?” tanya penelpon
itu.
“Iya, ini saya sendiri. Ini dengan siapa ya?” tanya Winda dengan nada heran
karena penelpon itu bisa tau namanya.
“Saya Leny. Saya hanya ingin memperingatkan kamu jangan pernah menganggu
hubungan saya dengan pacar saya, Yanda lagi. Dasar sampah! Bisanya hanya
merusak hubungan orang saja!” Jawab perempuan yang bernama Leny itu mantap.
Deg. Seketika itu juga jantung Winda seakan berhenti berdetak mendengar ucapan
perempuan itu. “Tidak mungkin kamu pacarnya dia. Ia sudah berjanji padaku tidak
akan berpacaran dengan wanita lain selain aku.” Winda menggigit ujung bibirnya
agar air matanya tak keluar.
“Hanya orang bodoh saja yang mau berpacaran dengan orang pengidap penyakit asma
sepertimu! Hahaha…..” tawa Leny yang membahana membuat Winda semakin ingin
menangis. “Asal kamu tau, saya dan Yanda sudah berpacaran selama dua setengah
tahun terakhir ini dan akan segera melanjutkan ke tingkat yang lebih serius.
Sebelum ia berpacaran denganku ia memang pernah bercerita tentang kamu. Tapi
sayangnya, ia tidak ingin bersamamu karena kamu adalah seseorang yang mengidap
penyakit asma, gadis biasa dan bisa dibilang kampungan dibandingkan dengan aku.
Haha..” jelasnya lagi.
Seketika itu juga tubuh Winda jadi lemas, urat-uratnya serasa putus. Matanya
berkunang-kunang dan dalam hitungan detik ia pingsan di tempat. Teman-teman
yang menyaksikan langsung mengelilingi Winda dan segera membawanya ke rumah
sakit terdekat. Winda pun di anjurkan untuk menjalani rawat inap selama dua
hari, hingga hari Minggu besok.
Minggu, 28 Mei 2006 – Setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit Winda pun
langsung pulang ke Semarang dengan dijemput keluarganya, tanpa menghadiri acara
pelepasan KKN.
Beberapa bulan kemudian . . .
Winda sudah mulai bisa melupakan
sedikit rasa sakitnya terhadap Yanda yang tega mengkhianati dirinya hanya
karena dia seorang pengidap penyakit asma. Hubungan dia dengan Alfian pun
semakin dekat. Dengan kedekatannya dengan Alfian ini, Winda berharap agar bisa
secepatnya melupakan sosok Yanda. Ia juga ingin fokus terhadap skripsinya,
karena tahun depan ia harus sudah siap ujian skripsi dan jika ia lulus maka ia
akan segera diwisuda.
6 Januari 2008 – Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah dua tahun
Winda menjalin kasih dengan Alfian. Dan hari ini adalah hari yang menegangkan
bagi Winda, karena malam ini Alfian akan datang bersama keluarganya dengan niat
ingin melamar Winda. Winda pun senang bukan main, ia sudah siap berdandan sejak
sore.
Malam datang. Alfian beserta keluarga besarnya telah datang ke rumah Winda.
Berjam-jam lamanya kedua orangtua mereka bicara mengenai anak-anak mereka. Dan
pada akhrinya orangtua Winda pun menerima lamaran Alfian.
“Wind?” panggil Alfian sebelum ia
pulang.
“Ya?”
“Umm…sebenernya tahun lalu
Komandanku ingin menjodohkan ku dengan anaknya. Namun, aku menolaknya
lantaran aku sangat mencintaimu dan tidak ingin lepas darimu….” Terang Alfian
sambil mencium kening Winda lembut dan menggenggam erat tangannya. Perasaan
hangat menjalari tubuh Winda ketika Alfian mencium keningnya.
2 tahun kemudian . . .
16 April 2010 – Hari ini Winda tampil dengan balutan
kebaya putih dan jilbab yang menutupi kepalanya. Wajahnya tampak berseri karena
senang. Hatinya berdegup kencang pasalnya hari ini adalah hari yang amat
ditunggu-tunggunya. Wanita mana yang tidak bahagia pada saat hari
pernikahannya? Hal itu juga yang saat ini sedang dialami Winda, tepat tanggal
ini ia akan ijab qobul dengan Alfian, laki-laki yang mencintainya sepenuh hati,
begitu juga sebaliknya.
Ditempat lain, Alfian pun juga mengalami hal yang sama seperti Winda. Alfian
yang biasanya memakai seragam tentaranya, hari ini ia memakai setelan jas hitam
dan kemeja putih. Ia yang biasanya memakai topi baret, kini ia memakai peci
hitam. Ia sudah bersiap dengan sanak familinya akan berangkat menuju rumah
Winda.
Sesampainya disana acara ijab qobul pun segera dilaksanakan. Acara ijab qobul
pun berjalan dengan lancar tanpa hambatan suatu apapun. Setelah itu acara
langsung dilanjutkan dengan prasmanan. Tampak wajah Winda dan Alfian yang
berseri bahagia karena kini menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.
Beberapa bulan kemudian Winda dan
Alfian dikaruniai seorang anak perempuan yang lucu. Mereka memberi nama anak
mereka, Nara. Kini Winda telah hidup bahagia bersama keluarga barunya. Ia
tersenyum, ketika melihat anaknya tertidur pulas dipelukannya.
“Terima kasih Yanda… pengkhianatanmu beberapa tahun lalu ternyata adalah
penyelamatan bagi ku….kini aku bahagia bersama Alfian, suamiku dan Nara
anakku…” ucapnya sambil mengecup lembut kening Nara sesaat sebelum ia tidur.
maaf ~nyoo klo jelek maklum masih
nyoba ^^
mohon kritik dan sarannya yang membangun J
mohon kritik dan sarannya yang membangun J
0 komentar:
Posting Komentar