Jumat, Maret 15, 2013

Pengkhianatannya adalah Penyelamatannya


            3 November 2003 – Winda adalah mahasiswa Sastra Inggris yang duduk ditingkat awal Universitas terkenal di Semarang. Sifat ramah dan baiknya yang membuat ia disukai banyak orang.  
            3 November 2003 – Winda adalah mahasiswa Sastra Inggris yang duduk ditingkat awal Universitas terkenal di Semarang. Sifat ramah dan baiknya yang membuat ia disukai banyak orang.    
       

            Malam itu setelah Shalat Tarawih di masjid, Winda mampir ke rumah temannya dan ketika pulang ditengah jalan ia bertemu dengan orang yang ia suka. Ia pun berhenti sejenak untuk ngobrol dengan laki-laki itu. Lalu ia segera pulang karena hari sudah mulai larut.             


            Baru kali ini mereka dapat bertatap muka karena lelaki itu sibuk menempuh pendidikan militernya di Surabaya, sedangkan ia di Semarang. Laki-laki itu bernama Yanda, dengan penampilan yang gagah dan tegap siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh hati tak terkecuali Winda sendiri. Ramadhan kali ini bagi Winda adalah Ramadhan paling indah dari tahun-tahun yang sebelumnya.



            23 November 2003 – Dua hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, Yanda bermain ke rumah Winda. Winda tampak senang sekali. Mereka berbincang-bincang hingga lupa waktu. Karena malam sudah menunjukkan pukul 9:00 malam, Yanda pun disuruh pulang oleh Ayah Winda. Sesaat sebelum Yanda beranjak pergi dari rumah Winda, ia mengatakan sesuatu pada Winda.            



            “Wind, besok setelah Hari Lebaran pertama ikut anak-anak pergi jalan-jalan yuk! Nanti kamu berangkatnya bareng aku..” ucap Yanda.            



            “Iya, Mas…” jawab Winda.            



            Yanda pun segera pulang. Senyum mengembang terlihat dari wajah Winda karena tiga hari lagi ia akan pergi bersama pujaan hatinya.



            26 November 2003 – Semua anak-anak kompleks Palem Botol sudah berkumpul di depan rumah Yanda, setelah semua orang yang ikut lengkap mereka pun segera menuju Gedong Songo – salah satu obyek wisata di Ungaran. Mereka sampai ditujuan, setelah itu mereka semua menikmati indahnya panorama alam yang ada disana, begitu juga dengan Winda dan Yanda yang sedang duduk disalah satu bangku yang disediakan taman wisata itu.            



            “Dik?” Yanda membuka pembicaraan.



            “Ya, Mas?” jawab Winda dengan hati deg-degan.



            “Besok aku sudah balik lagi ke Surabaya… Sebenarnya aku gak mau pisah dari kamu, tapi mau bagaimana lagi..” Yanda mengambil nafas panjang.



            “Iya, Mas..Aku ngerti kok..” Winda tersenyum manis.            



            Yanda mengecup kening Winda. “Kamu mau kan menunggu mas sampai mas balik lagi ke Semarang?”            

            Winda mengangguk dan tersenyum. “Iya,”



            Setelah dirasa puas mereka semua kembali pulang karena hari sudah mulai sore. Yanda mengantar Winda sampai ke rumahnya.



            “Mas pulang dulu, ya..” ucap Yanda sebelum pergi.            



“Iya, hati-hati dijalan, yaa..” Winda melambaikan tangannya. Tanpa Winda sadari dari sinilah semua rasa sakit yang amat sangat akan ia alami bermula.



            3 tahun kemudian . . .



            2 April 2006 – Winda sudah bersiap dengan segala keperluannya yang akan ia bawa ke Kudus, tempat dimana ia akan menjalani masa KKN-nya. Rencananya ia dan rombongannya akan berangkat besok pagi dari kampusnya bersama-sama. Disana ia akan tinggal di rumah Kepala Desa disalah satu Desa disana. Ia sudah tidak sabar ingin memulai pengalaman barunya disana.



            3 April 2006 – Semua mahasiswa sudah berkumpul di depan gedung Fakultas Sastra Inggris. Para pemandu sedang mengabsen para mahasiswanya. Setelah selesai mengabsen dan semua yang hadir sudah komplit, mereka segera memulai perjalanan menuju kota Kudus yang kurang lebih memakan waktu 2-3 jam. Masing-masing rombel yang sudah dibagi segera bergabung dan menuju masing-masing wilayah mereka. Winda segera mencari teman-teman satu rombelnya dan langsung melesat menuju desa yang akan mereka singgahi dua bulan ini.



            Sudah tiga tahun terakhir ini Winda masih setia menunggu Yanda yang ada di Surabaya sana dan selama itu pula ia menjalin silahturahmi dengan Yanda, selain itu ia juga menjalain silahturahminya dengan Alfian dan Deni – teman Yanda – yang dikenalkan sendiri oleh Yanda.            



            Hampir dua bulan sudah Winda menjalani KKN-nya. Tinggal seminggu lagi ia akan segera kembali ke Semarang, bertemu dengan keluarga yang amat dirindukannya selama di Kudus. Hari ini tanggal 21 Mei 2006. Ia dan teman-teman satu angkatannya yang KKN di Kudus merencanakan untuk berjalan-jalan di Minggu terakhir mereka di kota ini. Mereka mendatangi setiap sudut kota Kudus dan menikmati keindahan alam Indonesia.



            26 Mei 2006 – Hari menjelang malam. Winda mempersiapkan semua barang yang akan ia bawa pulang ke Semarang. Tiba-tiba saja handphone-nya berbunyi. Ada panggilan dari nomor asing. Awalnya ia hanya mendiamkannya saja. Namun nomor asing tetap menghubunginya berulang-ulang karena merasa terganggu ia pun menerima panggilan itu.



            “Hallo! Assalamu’alaikum…” sapa Winda pada si penelpon.            



“Wa’alaikumsalam..” terdengar suara perempuan dari seberang. “Apakah ini benar dengan Winda Kusuma?” tanya penelpon itu.

            “Iya, ini saya sendiri. Ini dengan siapa ya?” tanya Winda dengan nada heran karena penelpon itu bisa tau namanya.



            “Saya Leny. Saya hanya ingin memperingatkan kamu jangan pernah menganggu hubungan saya dengan pacar saya, Yanda lagi. Dasar sampah! Bisanya hanya merusak hubungan orang saja!” Jawab perempuan yang bernama Leny itu mantap.



            Deg. Seketika itu juga jantung Winda seakan berhenti berdetak mendengar ucapan perempuan itu. “Tidak mungkin kamu pacarnya dia. Ia sudah berjanji padaku tidak akan berpacaran dengan wanita lain selain aku.” Winda menggigit ujung bibirnya agar air matanya tak keluar.



            “Hanya orang bodoh saja yang mau berpacaran dengan orang pengidap penyakit asma sepertimu! Hahaha…..” tawa Leny yang membahana membuat Winda semakin ingin menangis. “Asal kamu tau, saya dan Yanda sudah berpacaran selama dua setengah tahun terakhir ini dan akan segera melanjutkan ke tingkat yang lebih serius. Sebelum ia berpacaran denganku ia memang pernah bercerita tentang kamu. Tapi sayangnya, ia tidak ingin bersamamu karena kamu adalah seseorang yang mengidap penyakit asma, gadis biasa dan bisa dibilang kampungan dibandingkan dengan aku. Haha..” jelasnya lagi.



            Seketika itu juga tubuh Winda jadi lemas, urat-uratnya serasa putus. Matanya berkunang-kunang dan dalam hitungan detik ia pingsan di tempat. Teman-teman yang menyaksikan langsung mengelilingi Winda dan segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Winda pun di anjurkan untuk menjalani rawat inap selama dua hari, hingga hari Minggu besok.



Minggu, 28 Mei 2006 – Setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit Winda pun langsung pulang ke Semarang dengan dijemput keluarganya, tanpa menghadiri acara pelepasan KKN.



            Beberapa bulan kemudian  . . .

            Winda sudah mulai bisa melupakan sedikit rasa sakitnya terhadap Yanda yang tega mengkhianati dirinya hanya karena dia seorang pengidap penyakit asma. Hubungan dia dengan Alfian pun semakin dekat. Dengan kedekatannya dengan Alfian ini, Winda berharap agar bisa secepatnya melupakan sosok Yanda. Ia juga ingin fokus terhadap skripsinya, karena tahun depan ia harus sudah siap ujian skripsi dan jika ia lulus maka ia akan segera diwisuda.



            6 Januari 2008 – Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah dua tahun Winda menjalin kasih dengan Alfian. Dan hari ini adalah hari yang menegangkan bagi Winda, karena malam ini Alfian akan datang bersama keluarganya dengan niat ingin melamar Winda. Winda pun senang bukan main, ia sudah siap berdandan sejak sore.



            Malam datang. Alfian beserta keluarga besarnya telah datang ke rumah Winda. Berjam-jam lamanya kedua orangtua mereka bicara mengenai anak-anak mereka. Dan pada akhrinya orangtua Winda pun menerima lamaran Alfian.            



“Wind?” panggil Alfian sebelum ia pulang.            

“Ya?”            



“Umm…sebenernya tahun lalu Komandanku ingin  menjodohkan ku dengan anaknya. Namun, aku menolaknya lantaran aku sangat mencintaimu dan tidak ingin lepas darimu….” Terang Alfian sambil mencium kening Winda lembut dan menggenggam erat tangannya. Perasaan hangat menjalari tubuh Winda ketika Alfian mencium keningnya.



            2 tahun kemudian  . . .



            16 April 2010 – Hari ini Winda tampil dengan balutan kebaya putih dan jilbab yang menutupi kepalanya. Wajahnya tampak berseri karena senang. Hatinya berdegup kencang pasalnya hari ini adalah hari yang amat ditunggu-tunggunya. Wanita mana yang tidak bahagia pada saat hari pernikahannya? Hal itu juga yang saat ini sedang dialami Winda, tepat tanggal ini ia akan ijab qobul dengan Alfian, laki-laki yang mencintainya sepenuh hati, begitu juga sebaliknya.



            Ditempat lain, Alfian pun juga mengalami hal yang sama seperti Winda. Alfian yang biasanya memakai seragam tentaranya, hari ini ia memakai setelan jas hitam dan kemeja putih. Ia yang biasanya memakai topi baret, kini ia memakai peci hitam. Ia sudah bersiap dengan sanak familinya akan berangkat menuju rumah Winda.



            Sesampainya disana acara ijab qobul pun segera dilaksanakan. Acara ijab qobul pun berjalan dengan lancar tanpa hambatan suatu apapun. Setelah itu acara langsung dilanjutkan dengan prasmanan. Tampak wajah Winda dan Alfian yang berseri bahagia karena kini menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.



            Beberapa bulan kemudian Winda dan Alfian dikaruniai seorang anak perempuan yang lucu. Mereka memberi nama anak mereka, Nara. Kini Winda telah hidup bahagia bersama keluarga barunya. Ia tersenyum, ketika melihat anaknya tertidur pulas dipelukannya.



            “Terima kasih Yanda… pengkhianatanmu beberapa tahun lalu ternyata adalah penyelamatan bagi ku….kini aku bahagia bersama Alfian, suamiku dan Nara anakku…” ucapnya sambil mengecup lembut kening Nara sesaat sebelum ia tidur.







maaf ~nyoo klo jelek maklum masih nyoba ^^
mohon kritik dan sarannya yang membangun
J


0 komentar:

Posting Komentar